Pesona Lawang Sewu



Lawang Sewu adalah sebuah bangunan tua yang ada di Kota Semarang, bangun ini merupakan bangunan peninggalan masa penjajahan Belanda, bangunan ini dahulu bernama Wilhelminaplein dan berfungsi sebagai kantor pusat kereta api swasta milik Belanda yang bernama Indische Spoorweg Maatscappij (NIS). Disebut Lawang Sewu karena Lawang Sewu dalam bahasa Jawa berarti seribu pintu, memang kenyataannya dari luar bangunan ini memiliki banyak sekali pintu dan juga jendela yang menyerupai pintu, sehingga masyarakat menyebut bangunan ini sebagai Lawang Sewu atau seribu pintu karena memang dari luar terlihat memiliki banyak pintu dan jendela yang serupa denagn pintu. Sebenarnya bangunan ini hanya memiliki 342 pintu, sedangkan lubang pintunya ada 429 dan 1200 daun pintu.

Bangunan ini mulai di bangun pada mulai dari 27 Februari 1904 hingga 1 Juli 1907 diatas lahan seluas 14.216 m2. Orang di balik megahnya bangunan Lawang Sewu adalah dua orang arsitek yang dikirim langsung dari Belanda, mereka adalah Prof Jacob F Klinkhamer dan B.J Ouendag, tak heran jika bangunan ini memiliki arsitektur yang sangat mirip dengan bangunan tua di Belanda. Pada tahun 1864, jalur kereta api pertama di Indonesia dibangun yang menghubungkan stasiun Samarang NIS dan stasiun Tanggung dan selesai dibangun tahun 1867. Pada tahun 1873, jalur kereta api lainnya dibangun untuk menghubungkan Semarang-Solo-Yogyakarta oleh NIS, termasuk Kedungjati-Ambarawa sepanjang 206 km. Tujuan awal pembangunan jalur itu adalah untuk mengangkut hasil perkebunan dan pertanian dari daerah kekuasaan keraton Solo dan Yogyakarta (Voorstenlanden) ke pelabuhan Semarang, menggantikan angkutan tradisional pedati.

Setelah Belanda kalah dan meninggalkan Indonesia, selanjutnya giliran Jepang yang menjajah Indonesia, Bangunan Lawang Sewu yang sempat kosong karena ditinggalkan Belanda selanjutnya di alih fungsikan menjadi markas peristirahatan tentara Jepang di Semarang. Bangunan ini juga merupakan saksi bisu Pertempuran 5 Hari Semarang antara pemuda AMKA atau Angkatan Muda Kereta Api melawan Kempetai dan Kidobutai yang merupakan tentara Jepang saat  itu. Pada masa inilah banyak korban yang meninggal di sekitar bangunan, dan juga ruangan bawah tanah yang sebelumnya merupakan saluran air di rubah jadi berbagai macam bentuk pejara, mulai penjara jongkok, penjara berdiri dan penjara sempit. Setiap orang yang dianggap melawan Jepang akan di masukkan ke penjara-penjara ini yang kemudian penjara itu di isi air hingga setinggi leher orang didalamnya, tahanan ini akan di biarkan sampai pada akhirnya tahanan itu meninggal satu-persatu karena kelaparan, hypothermia, kehabisan oksigen dan lain sebagainya. Tidak mengherankan jika kemudian setelah itu bangunan ini menjadi terkenal angker, terutama setelah tentara Jepang sudah meninggalkan bangunan ini, walaupun bangunan ini setelah kemerdekaan sempat digunakan untuk  kantor Djawatan Kereta Api Repoeblik Indonesia (DKARI) atau sekarang PT Kereta Api Indonesia. Selain itu pernah dipakai sebagai Kantor Badan Prasarana Komando Daerah Militer (Kodam IV/Diponegoro) dan Kantor Wilayah (Kanwil) Kementerian Perhubungan Jawa Tengah. Kesan angker pada bangunan ini semakin kuat dengan adanya beberapa stasiun televisi yang mengadakan shooting di tempat ini dengan tema acara mistis dan juga beberapa saksi yang bercerita mengenai pengalamn spiritual yang mereka alami di bangunan Lawang Sewu dan sekitarnya.

Setelah puluhan tahun berlalu, sejak tahun 2010 bangunan Lawang Sewu mulai di renovasi oleh pemerintah, dengan dana yang di keluarkan PT. KAI bangunan Lawang Sewu yang dahulu tidak terawat dan terkesan angker, kini berubah menjadi bangunan megah dengan arsitektur yang sangat unik.

 Walaupun sudah mengalami renovasi total banguan ini tidak banyak mengalami perubahan karena hanya pengecetan ulang dan penambalan di lubang-lubang yang ada saja yang di perbaiki sehingga rupa dan bentuk bangunan ini masih sama dengan yang dulu. Karena keunikan inilah kini Lawang Sewu berubah menjadi destinasi wisata unggulan di Semarang, karena selain bentuk bangunannya yang unik, Lawang Sewu kini beralih fungsi menjadi museum dan galeri foto dan lukisan tentang perkembangan stasiun kereta api Indonesia. 

Koleksi museum ini juga cukup banyak mulai dari miniatur lokomotof, gerbong, karcis kereta jaman dahulu, mesin hitung, baju tiruan pegawai stasiun pada jaman dahulu, dan juga ada galeri foto dan lukisan tentang stasiun kereta api di Indonesia serta ada juga lukisan Lawang Sewu pada saat di renovasi. Bangunan Lawang Sewu terdiri atas beberapa gedung, yaitu:

1. Gedung A
Gedung A adalah bangunan utama kantor NIS. Memiliki dua lantai utama dan satu lantai bawah tanah. Pada lantai utama dirancang sangat menarik dengan pintu kaca patri, lantai, dan dinding marmer. Ruang tersebut merupakan pengantar ke ruang di dalamnya tempat tangga utama berada, dengan hamparan jendela besar berkaca patri dari J. L. Schouten di Delft. 

kaca ini terbagi menjadi empat panel besar menggambarkan cerita eksploitasi besar-besaran hasil Alam Nusantara. Flora dan fauna kita diangkut kereta dan dikumpulkan di kota-kota pelabuhan Pulau Jawa sebelum diperdagangkan di dunia, untuk memperkaya Belanda dan keluarga kerajaannya di bawah perlindungan Dewi Fortuna. Detailnya di panel tengah-bawah berjajar Dewi Fortuna, si dewi keberuntungan yang berbaju merah, roda bersayap lambang kereta api, dan Dewi Sri, dewi kemakmuran Suku Jawa. Panel di atasnya adalah tumbuhan dan hewan yang menggambarkan Nusantara sebagai negeri kaya akan hasil bumi berikut simbol kota-kota dagang Batavia, Surabaya, dan Semarang. Simbol kota-kota dagang Belanda, yakni Amsterdam, Rotterdam, dan Den Haag, berderet di panel kiri. Panel kanan menampilkan ratu-ratu Belanda. Lantai dua pada gedung A saat ini belum bisa diakses oleh umum, pengunjung boleh memasuki lantai ini hanya dengan membayar tiket masuk lagi sebesar Rp 600.000 per jam. Biasanya lantai in digunakan pasangan calon pengantin untuk melakukan foto prewedding atau oleh pengunjung khusus yang berkunjung ke Lawang Sewu.

Sedangkan untuk ruang bawah tanah Lawang Sewu yang memiliki tinggi ruangan sekitar 2 meter. Pada zaman Belanda, ruang bawah tanah ini dipenuhi air. 

Pada saat dikuasai Jepang, air yang ada di ruang bawah tanah dikurangi. Setelah mengurangi volume air pada ruang bawah tanah, Jepang menambahkan beberapa penjara jongkok yang berupa sekat berpetak-petak di ruang bawah tanah. 

Petak-petak ini berukuran 2x3 meter. Petak-petak ini sudah ada sejak zaman Belanda, dan Jepang hanya menambahkan trails besi pada petak-petak ini agar tidak ada tahanan yang bisa berdiri. satu petak ini bisa diisi oleh 5-6 orang dewasa yang berada dalam kondisi jongkok. Petak ini diisi oleh air sehingga tahanan yang berada di dalamnya terendam sampai sebatas kepala. Selain menggunakan penjara jongkok, Jepang juga membuat penjara berdiri di ruang bawah tanah. 

Penjara berdiri berupa sel-sel yang berukuran sekitar 1x1 meter. Berbeda dengan penjara jongkok yang memanfaatkan sekat-sekat peninggalan Belanda, bagian penjara berdiri ini dibangun sendiri oleh Jepang. Dinding yang dibangun kemudian dilengkapi dengan trails besi yang menjaga agar tahanan tidak bisa keluar. Sel ini juga bisa digunakan untuk menampung 5-6 orang dewasa sekaligus. Karena ukurannya lebih kecil dari penjara jongkok, tahanan yang dimasukkan dalam sel ini harus berhimpitan satu sama lain dan tidak bisa merubah posisi mereka selain posisi berdiri. Jepang juga menambahkan beberapa meja yang digunakan untuk emmenggal kepala tahanan di ruang bawah tanah. Meja-meja ini terbuat dari besi yang disemen ke dalam lantai bangunan dan biasa digunakan untuk meletakkan kepala tahanan yang akan dieksekusi untuk kemudian dipenggal menggunakan katana. Meja yang dahulu digunakan untuk eksekusi tersebut saat ini sudah tidak ada lagi di Lawang Sewu, yang tersisa hanya bagian kaki dari meja tersebut yang masih tetap tertancap di lantai ruang bawah tanah. Pada bagian belakang gedung Lawang Sewu, terdapat sebuah lubang pembuangan yang menghubungkan ruang bawah tanah dengan halaman belakang gedung. Lubang pembuangan ini dibuat pada masa pendudukan Jepang untuk membuang jenazah-jenazah tahanan yang tewas di dalam penjara. Saat ini lantai bawah tanah ini masih dalam tahap perbaikan sehingga belum dapat di kunjungi oleh wisatawan umum. Gedung A yang memiliki luas 5.473,28 m² saat ini dimanfaatkan sebagai tempat pameran dan menjadi objek wisata.

2. Gedung B



Gedung B merupakan perluasan dari gedung A, terdiri dari dua lantai utama dan satu lantai ruang atap. Lantai pertama adalah ruangan bersekat yang digunakan untuk pameran sedangkan dilantai dua terdapat ruangan yang di bagi menjadi dua sisi dengan ditengah tengahnya adalah lorong panjang dengan pintu di kanan kirinnya. Di salah satu sisi bangunan terdapat ruangan sepanjang gedung dan ada sekat berupa tembok dan pintu di tengah tengahnya. 

Kemudian di sisi lainnya terdapat ruangan aula yang dulu dijadikan tempat pesta oleh pegawai NIS, diruangan ini ada deretan jendela yang terpasang terbalik, fungsinya diantarannya untuk mencegah air masuk saat hujan, mempersulit pencuri yang akan masuk, membuat udara yang masuk ke ruangan adalah udara yang bersih. 

Dilantai  tiga atau ruang atap kita akan berjumpa ruangan kosong yang cukup luas, sekeliling ruangan ini dipenuhi jendela-jendela kecil, dari sini kita bisa melihat kota Semarang dan sekitarnya. Pengunjung juga akan merasa panas saat berada disini, ini karena udara panas dari lantai di bawahnya terarah ke lantai ini, sehinnga kesejukan di lantai satu dan dua bisa stabil. Ruangan ini dulu di gunakan untuk lapangan olahraga oleh pegawai NIS, dan sempat dijadikan ruang penyiksaan pada saat bangunan ini di kuasai Jepang. Gedung B yang memiliki luas 4.145,21 m².

3. Gedung C

Gedung C terdiri dari 2 lantai, lantai 1 dahulu berfungsi sebagai tempat mencetak tiket dan jadwal kereta api NIS. Bangunan memiliki ukuran panjang 17 m, lebar 10 m, tinggi 11 m, dan luas 342 m². Dinding menghadap ke barat. Gedung C saat ini difungsikan sebagai ruang pameran di lantai satu sedangkan lantai dua sementara digunakan sebagai kantor Divisi Heritage dan Arsitektur PT Kereta Api Indonesia (Persero). Di sisi tenggara terdapat bangunan tambahan yang digunakan untuk ruang audio-visual.

4. Gedung D
Gedung D merupakan bangunan satu lantai yang beratap limas dengan ukuran panjang 15,8 m, lebar 6,25 meter, dan luas 197 m². Terdapat 6 tiang, dua di antaranya menyatu dengan tembok. Jarak antar tiang yaitu 3,16 m. Hal menarik dari tiang tersebut adalah kepala tiangnya berbentuk zigurat terbalik dan diantara tiang terdapat tembok dan jendela.

5. Gedung E
Gedung satu lantai ini memiliki luas 135 m², beratap pelana dengan penutup genteng, dan pintu serta jendela yang memiliki jalusi kayu. Gedung ini saat ini difungsikan untuk ruang perpustakaan.

6. Rumah Pompa.

Denah rumah pompa berbentuk oktagon (segi delapan). Masing-masing segi memiliki 2 jendela, kecuali bagian pintu yang terletak di sisi timur. Bentuk atap mengerucut mengikuti bidangnya dengan kemuncak berbentuk bola.

Perlu diketahui juga bahwa semua gedung ini dibangun tanpa menggunakan semen, melainkan adonan bligor, atau ada juga yang menyebutnya pese, yakni istilah lokal untuk menyebut campuran pasir, kapur, dan batu bata merah. Kelebihan bligor dibanding semen adalah bangunan jadi tak mudah retak, tak heran jika tak ditemukan retakan di Lawang Sewu. Bligor juga lebih awet dan menyerap air, sehingga ruang dalamnya sejuk. Konstruksinya juga tanpa besi. Atapnya dibuat berbentuk melengkung setengah lingkaran tiap setengah meter untuk mengurangi tekanan. Struktur atap dari bata yang disusun miring layaknya struktur jembatan.

Sungguh luar biasa pesona dari Lawang Sewu ini, kini Lawang Sewu sudah sangat terkenal dan menjadi destinasi wisata unggulan kota Semarang, pengunjung yang ingin masuk ke Lawang Sewu cukup membayar tiket masuk senilai Rp 10.000 untuk orang dewasa dan Rp 5.000 untuk anak-anak dan pelajar. Kemudian ada tourguide yang bisa menjelaskan isi Lawang Sewu dengan membayar Rp 35.000 – Rp 50.000 untuk tiap tour guide. Toilet dan mushola juga ada di sudut sudut area Lawang Sewu.

Galery

















Dari berbagai sumber, dan dengan suntingan seperlunya.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengagumi Kemegahan Istana Maimun di Medan

Disney Cruise Line